Rabu, 25 April 2012

Berdamai Dengan Diri Sendiri

Seorang rekan guru bercerita kepada saya tentang pengalaman masa kecilnya yang tidak terlalu baik sehingga mempengaruhi perkembangan psikologisnya saat ini. Saya berpikir ini merupakan hal biasa yang mungkin hampir dialami atau dirasakan oleh semua orang. 

Setiap orang memiliki masa lalu (baca: masa kecil) yang berbeda-beda. Sebagian kita sangat beruntung dengan pengalaman masa kecil yang menyenangkan, sedangkan sebagian yang lain mungkin tidak terlalu berkesan atau bahkan cenderung menyakitkan. Mau tidak mau, pola asuh dan latar belakang lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan perkembangan jiwa dan mental kita.



Sebagai pendidik hal ini tentu menjadi dilematis karena profesi yang kita emban memiliki peran yang sangat berat yaitu menemukan dan mengembangkan potensi anak didik agar menjadi manusia yang berkarakter positif. Apabila sebagai pendidik masih belum memiliki karakter yang kuat khususnya yang berkaitan dengan dirinya sendiri bagaimana ia dapat menularkan karakter tersebut kepada anak didiknya? 
Contoh, pendidik yang tidak percaya diri, bagamana mungkin ia dapat menanamkan rasa percaya diri kepada orang lain, begitu juga dengan pendidik yang  temperamental/ mudah emosi, bagamana mungkin ia dapat mendidik orang lain untuk bersabar dalam menghadapi suatu permasalahan.
Para pendidik harus memiliki jiwa yang sehat, karena ia adalah penyuplai energi positif  kepada anak didik. Untuk itu ada beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat karakter positif pendidik:
Invetarisasi kemampuan diri. Tidak ada manusia yang lahir ke dunia ini tanpa tujuan dan kesia-siaan. Alloh SWT telah menetapkan bahwa setiap makhluknya dilengkapi dengan beragam potensi yang bila diikatkan dengan keimanan yang mendalam akan dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan. 
Dengan mengiventarisir potensi diri maka kita akan lebih menghargai dan memahami diri sendiri. Setiap individu adalah unik, dengan kekuatannya masing-masing. Setiap kekuatan atau bakat yang Allah berikan kepada kita adalah amanah yang harus kita jaga dan kembangkan sebaik-baiknya sebagai wujud rasa syukur kita kepada-Nya. 
Menghargai keberhasilan sekecil apapun. Menghargai diri sendiri adalah bagian dari upaya kita untuk meningkatkan rasa percaya diri dan berdamai dengan diri sendiri. 
Tidak sedikit orang yang tidak puas dengan prestasi yang diraih karena ia terpola sejak kecil kurang mendapatkan penghargaan dari orang-orang di sekitarnya.  Pola inilah yang terkadang membuat manusia tidak menghargai dirinya sendiri, kalau sudah tidak menghargai diri sendiri bagaimana ia dapat menghargai orang lain?
Kebiasaan menghargai keberhasilan atau pencapaian sekecil apapun merupakan wujud rasa syukur kita terhadap proses hidup. Menghargai atau mensyukuri berbeda dengan merasa cukup, merasa besar, merasa pintar atau merasa terhormat karena itu adalah benih-benih kesombongan.
Bersyukur dengan apa yang telah dimiliki. Apapun yang telah diraih seseorang dalam kehidupannya merupakan perwujudan cinta Allah SWT kepada dirinya.  Semua yang telah kita alami di masa lalu adalah proses pembelajaran yang Allah berikan agar kita menjadi individu yang lebih baik. 
Dengan kita bersyukur atas apa yang telah diraih sama dengan kita berterima kasih kepada-Nya. Bentuk rasa syukur itu adalah dengan memanfaatkan semua karunia yang telah Allah SWT berikan dalam amal kebaikan. Allah SWT akan menambahkan nikmat-Nya bagi mereka yang bersyukur.
Yang lalu biarlah berlalu. Jangan terbiasa menyalahkan masa lalu, menyalahkan orang tua karena menerapkan pola asuh yang tidak tepat, menyalahkan teman, lingkungan dan lain-lain. 
Hidup adalah proses pembelajaran, ambil hikmah positif atau ibrah (pelajaran) dari yang telah kita alami. Dari itu semua pasti ada hikmah dan manfaat untuk diri kita  saat ini dan masa datang. 
Pendidik sejati adalah mereka yang bisa memetik pelajaran dari pengalaman pribadinya sehingga dapat mengajarkannya untuk orang lain. 
Terus melangkah menuju pribadi yang lebih baik. Allah SWT memerintahkan kita untuk melakukan segala sesuatu dengan baik (ihsan) dan secara terus menerus. 
Begitupula dalam menjalani hidup ini, kita hanya diminta untuk melangkah dan terus melangkah, sedapat mungkin menjadi pribadi yang lebih baik. Berbekal hubungan yang baik dengan Allah SWT dan kemauan serta kesungguhan untuk memperbaiki diri, apapun visi kita pasti dapat diraih. Berkeluh kesah dengan keadaan juga tidak akan membuat diri kita menjadi lebih baik, kenapa kita tidak memilih untuk terus melangkah kearah yang lebih baik. 
Pendidik tidak dituntut untuk menjadi manusia yang sempurna. Ia hanya harus menjadi manusia yang selalu jujur dengan dirinya sendiri, konsisten memperbaiki diri, dan bersabar dengan segala prosesnya, sehingga mampu dan ikhlas dalam menjalani visi mulianya, sebagai agen perubahan. ( Yulianto Fw )

Tags :

SIT GAMEEL AKHLAQ

GAMEEL AKHLAQ ISLAMIC SCHOOL

  • " Cerdas " ( Selalu berprestasi )
  • " Berkarakter " ( Akhlaq yang baik )
  • " Qur'ani " (Cinta Qur'an )

  • : SIT Gameel Akhlaq
  • : Juli 2011
  • : Rawalumbu-Kota Bekasi
  • : [email protected]
  • : +6285817664135