Remaja dan Karakteristiknya
Perkembangan sosial anak telah dimulai
sejak bayi, kemudian pada masa kanak-kanak dan selanjutnya pada masa
remaja. Hubungan sosial anak pertama-tama masing sangat terbatas dengan
orang tuanya dalam kehidupan keluarga, khususnya dengan ibu dan
berkembang semakin meluas dengan anggota keluarga lain, teman bermain
dan teman sejenis maupun lain jenis (dalam Rita Eka Izzaty dkk, (2008:
139). Berikut ini akan dijelaskan mengenai hubungan remaja dengan teman
sebaya dan orang tua:
1) Hubungan dengan Teman Sebaya
Menurut Santrock (2003: 219) teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan
tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama. Jean Piaget dan Harry
Stack Sullivan (dalam Santrock, 2003: 220) mengemukakan bahwa anak-anak
dan remaja mulai belajar mengenai pola hubungan yang timbal balik dan
setara dengan melalui interaksi dengan teman sebaya. Mereka juga belajar
untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan
tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktifitas
teman sebaya yang sedang berlangsung. Sullivan beranggapan bahwa teman
memainkan peran yang penting dalam membentuk kesejahteraan dan
perkembangan anak dan remaja. Mengenai kesejahteraan, dia menyatakan
bahwa semua orang memiliki sejumlah kebutuhan sosial dasar, juga
termasuk kebutuhan kasih saying (ikatan yang aman), teman yang
menyenangkan, penerimaan oleh lingkungan sosial, keakraban, dan hubungan
seksual.
Ada beberapa beberapa strategi yang tepat untuk mencari teman menurut Santrock (2003: 206) yaitu :
a) Menciptakan interaksi sosial yang baik dari mulai menanyakan nama, usia, dan aktivitas favorit.
b) Bersikap menyenangkan, baik dan penuh perhatian.
c) Tingkah laku yang prososial seperti jujur, murah hati dan mau bekerja sama.
d) Menghargai diri sendiri dan orang lain.
e) Menyediakan dukungan sosial seperti memberikan pertolongan, nasihat, duduk berdekatan,
berada dalam kelompok yang sama dan menguatkan satu sama lain dengan memberikan
pujian.
Ada beberapa dampak
apabila terjadi penolakan pada teman sebaya. Menurut Hurlock (2000: 307)
dampak negatif dari penolakan tersebut adalah :
a) Akan merasa kesepian karena kebutuhan social mereka tidak terpenuhi.
b) Anak merasa tidak bahagia dan tidak aman.
c) Anak mengembangkan konsep diri yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan
penyimpangan kepribadian.
d) Kurang mmemiliki pengalaman belajar yang dibutuhkan untuk menjalani proses sosialisasi.
e) Akan merasa sangat sedih karena tidak memperoleh kegembiraan yang dimiliki teman sebaya
mereka.
f) Sering mencoba memaksakan diri untuk memasuki kelompok dan ini akan meningkatkan
penolakan kelompok terhadap mereka semakin memperkecil peluang mereka untuk
mempelajari berbagai keterampilan sosial.
g) Akan hidup dalam ketidakpastian tentang reaksi social terhadap mereka, dan ini akan
menyebabkan mereka cemas, takut, dan sangat peka.
h) Sering melakukan penyesuaian diri secara berlebihan, dengan harapan akan meningkatkan
penerimaan sosial mereka.
Sementara itu,
Hurlock (2000: 298) menyebutkan bahwa ada beberapa manfaat yang
diperoleh jika seorang anak dapat diterima dengan baik. Manfaat tersebut
yaitu:
a) Merasa senang dan aman.
b) Mengembangkan konsep diri menyenangkan karena orang lain mengakui mereka.
c) Memiliki kesempatan untuk mempelajari berbagai pola prilaku yang diterima secara sosial
dan keterampilan sosial yang membantu kesinambungan mereka dalam situasi sosial.
d) Secara mental bebas untuk mengalihkan perhatian meraka ke luar dan untuk menaruh minat
pada orang atau sesuatu di luar diri mereka.
e) Menyesuaikan diri terhadap harapan kelompok dan tidak mencemooh tradisi sosial.
2) Hubungan dengan Orang Tua
Menurut Steinberg (dalam Santrock, 2002: 42) mengemukakan bahwa masa remaja awal
adalah suatu periode ketika konflik dengan orang tua meningkat
melampaui tingkat masa anak-anak. Peningkatan ini dapat disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu perubahan biologis pubertas, perubahan kognitif
yang meliputi peningkatan idealism dan penalaran logis, perubahan sosial
yang berfokus pada kemandirian dan identitas, perubahan kebijaksanaan
pada orang tua, dan harapan-harapan yang dilanggar oleh pihak rang tua
dan remaja.
Collins (dalam Santrock, 2002: 42)
menyimpulkan bahwa banyak orang tua melihat remaja mereka berubah dari
seorang anak yang selalu menjadi seseorang yang tidak mau menurut,
melawan, dan menantang standar-standar orang tua. Bila ini terjadi,
orang tua cenderung berusaha mengendalikan dengan keras dan member lebih
banyak tekanan kepada remaja agar mentaati standar-standar orang tua.
Dari uraian tersebut, ada baiknya jika
kita dapat mengurangi konflik yang terjadi dengan orang tua dan remaja.
Berikut ada beberapa strategi yang diberikan oleh Santrock, (2002: 24)
yaitu : 1) menetapkan aturan-aturan dasar bagi pemecahan konflik. 2)
Mencoba mencapai suatu pemahaman timbale balik. 3) Mencoba melakukan
corah pendapat (brainstorming). 4) Mencoba bersepakat tentang satu atau
lebih pemecahan masalah. 5) Menulis kesepakatan. 6) Menetapkan waktu
bagi suatu tindak lanjut untuk melihat kemajuan yang telah dicapai.
Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa karakteristik remaja atau proses perkembangan remaja
meliputi masa transisi biologis yaitu pertumbuhan dan perkembangan
fisik. Transisi kognitif yaitu perkembangan kognitif remaja pada
lingkungan sosial dan juga proses sosioemosional dan yang terakhir
adalah masa transisi sosial yang meliputi hubungan dengan orang tua,
teman sebaya, serta masyarakat sekitar. [ belajarpsokologi.com ]
SIT GAMEEL AKHLAQ
GAMEEL AKHLAQ ISLAMIC SCHOOL
- " Cerdas " ( Selalu berprestasi )
- " Berkarakter " ( Akhlaq yang baik )
- " Qur'ani " (Cinta Qur'an )
- : SIT Gameel Akhlaq
- : Juli 2011
- : Rawalumbu-Kota Bekasi
- : [email protected]
- : +6285817664135