Hardiknas dan Carut Marut Dunia Pendidikan
Oleh : Agung Nursidik
Napak tilas dari sang pendahulu
kita Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara yang Lahir di Yogyakarta pada
tanggal 2 Mei 1889. Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia
berasal dari lingkungan keluarga kraton (1972-1978)
Yogyakarta. Kecintaan beliau dalam dunia pendidikan sangat besar sehingga di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Sehingga sebagai salah satu bentuk cinta dan baktinya beliau mendirikan Taman Siswa. Pada waktu pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama "National Onderwijs Institut Taman Siswa", yang merupakan realisasi gagasan beliau bersama-sama dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah Taman Siswa ini sekarang berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai 129 sekolah cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.
Yogyakarta. Kecintaan beliau dalam dunia pendidikan sangat besar sehingga di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Sehingga sebagai salah satu bentuk cinta dan baktinya beliau mendirikan Taman Siswa. Pada waktu pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama "National Onderwijs Institut Taman Siswa", yang merupakan realisasi gagasan beliau bersama-sama dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah Taman Siswa ini sekarang berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai 129 sekolah cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.
Yang sangat mulia adalah semboyan
beliau berkaitan dengan dunia pendidikan yang penuh dengan sarat dan makna menjadi
pedoman bagi seluruh pelaku dan institusi pendidikan di Indonesia. Yaitu Ing
Ngarso Sung Tulada, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Yang Artinya
Ing Ngarso Sung Tulada : Di depan
memberikan teladan
Ing Madya Mangun Karso : Di
tengah memberikan semangat
Tut Wuri Handayani : Dan di
belakang memberikan daya kekuatan.
Sepintas cukup sederhana memang
semboyan yang beliau berikan, sebagai bekal bagi seluruh pelaku dan institusi
pendidikan. Tetapi ternyata mengandung makna yang begitu dalam. Cukup jelas
harapan beliau kepada kita semua sebagai generasi penerus agar semboyan di atas
menjadi pakem kepada pelaku pendidikan dari tingkat bawah sampai atas. Tapi
nyatanya carut marut dunia pendidikan sekarang sudah banyak yang lepas dari
harapan sang pendahulunya. Guru yang seharusnya pantas digugu dan di tiru
ternyata tidak bisa memberikan contoh atau tauladan bagi anak – anak. Guru yang
seharusnya mampu memberikan semangat dan kekuatan bagi anak – anak ternyata
banyak jatuh berguguran karena hanya sebatas mengugurkan kewajibannya. Guru
tidak bisa lagi menjadi inspirator bagi peserta didiknya. Guru lemah dalam
menularkan himah kebaikan kepada anak – anak didiknya.
Masih menyoal tentang harapan
besar dari sang pendahulunya yaitu Ki Hajar Dewantara kepada Palaku dan
Institusi Pendidikan agar TAULADAN, SEMANGAT dan DORONGAN KEKUATAN selalu melekat
sampai sekarang. Tapi berbagai tragedy dan peritiwa telah mencoreng negeri ini
yang telah melukai anak bangsa generasi penerus, mulai dari kasus pelecehan
seksual di JIS baru – baru ini, penganiayaan anak didik sampai masalah
kebocoran soal UN SMA. Yang lebih miris lagi
di dalam soal UN berisi muatan – muatan politis yang sangat tidak
mendidik siswa. Mau di bawa kemana arah pendidikan ini, mau kita arahkan ke
mana para anak – anak negeri penerus bangsa ini.
Pendidikan yang seharusnya mampu
mencetak anak – anak negeri mempunyai karakter budi pekerti , soleh dan cerdas,
ternyata sudah ternodai oleh pelaku pendidikan dan institusi pendidikan bahkan
orang – orang di luar institusi pendidikan pun turut menodainya.
Solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada
upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan.
Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan,
juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan
berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa,
misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi
pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Maka dengan adanya solusi-solusi tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia dapat bangkit dari
keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru yang berSDM
tinggi, berkepribadian pancasila dan bermartabat.
Mari kita sama – sama perbaiki
pendidikan anak – anak bangsa dengan warna TAULADAN, SEMANGAT dan DORONGAN
KEKUATAN dalam menciptakan generasi yang berkarakter, soleh, memiliki budi
pekerti dan cerdas dengan melakukan reformasi di semua lini pendidikan. Mulai
dari keluarga, sekolah dan dinas pendidikan. Hidup Guru…Hidup Anak
Bangsa..Hidup Instansi Pendidikan. Selamat Hari Pendidikan 2 Mei 2014. Semoga
pendidikan di negeri ini mampu mencetak generasi – generasi yang baik untuk
masa depan. PKS Cinta Guru.
Tags : Berita Sekolah Guru
SIT GAMEEL AKHLAQ
GAMEEL AKHLAQ ISLAMIC SCHOOL
- " Cerdas " ( Selalu berprestasi )
- " Berkarakter " ( Akhlaq yang baik )
- " Qur'ani " (Cinta Qur'an )
- : SIT Gameel Akhlaq
- : Juli 2011
- : Rawalumbu-Kota Bekasi
- : [email protected]
- : +6285817664135