Jumat, 02 Mei 2014

Hardiknas dan Carut Marut Dunia Pendidikan

Oleh : Agung Nursidik
Napak tilas dari sang pendahulu kita Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara yang Lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889. Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton (1972-1978)
Yogyakarta.  Kecintaan beliau dalam dunia pendidikan sangat besar sehingga di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan. Sehingga sebagai salah satu bentuk cinta dan baktinya beliau mendirikan  Taman Siswa. Pada waktu pertama kali didirikan, sekolah Taman Siswa ini diberi nama "National Onderwijs Institut Taman Siswa", yang merupakan realisasi gagasan beliau bersama-sama dengan teman di paguyuban Sloso Kliwon. Sekolah Taman Siswa ini sekarang berpusat di balai Ibu Pawiyatan (Majelis Luhur) di Jalan Taman Siswa, Yogyakarta, dan mempunyai 129 sekolah cabang di berbagai kota di seluruh Indonesia.
Yang sangat mulia adalah semboyan beliau berkaitan dengan dunia pendidikan yang penuh dengan sarat dan makna menjadi pedoman bagi seluruh pelaku dan institusi pendidikan di Indonesia. Yaitu Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani. Yang Artinya
Ing Ngarso Sung Tulada : Di depan memberikan teladan
Ing Madya Mangun Karso : Di tengah memberikan semangat
Tut Wuri Handayani : Dan di belakang memberikan daya kekuatan.
Sepintas cukup sederhana memang semboyan yang beliau berikan, sebagai bekal bagi seluruh pelaku dan institusi pendidikan. Tetapi ternyata mengandung makna yang begitu dalam. Cukup jelas harapan beliau kepada kita semua sebagai generasi penerus agar semboyan di atas menjadi pakem kepada pelaku pendidikan dari tingkat bawah sampai atas. Tapi nyatanya carut marut dunia pendidikan sekarang sudah banyak yang lepas dari harapan sang pendahulunya. Guru yang seharusnya pantas digugu dan di tiru ternyata tidak bisa memberikan contoh atau tauladan bagi anak – anak. Guru yang seharusnya mampu memberikan semangat dan kekuatan bagi anak – anak ternyata banyak jatuh berguguran karena hanya sebatas mengugurkan kewajibannya. Guru tidak bisa lagi menjadi inspirator bagi peserta didiknya. Guru lemah dalam menularkan himah kebaikan kepada anak – anak didiknya.
Masih menyoal tentang harapan besar dari sang pendahulunya yaitu Ki Hajar Dewantara kepada Palaku dan Institusi Pendidikan agar TAULADAN, SEMANGAT dan DORONGAN KEKUATAN selalu melekat sampai sekarang. Tapi berbagai tragedy dan peritiwa telah mencoreng negeri ini yang telah melukai anak bangsa generasi penerus, mulai dari kasus pelecehan seksual di JIS baru – baru ini, penganiayaan anak didik sampai masalah kebocoran soal UN SMA. Yang lebih miris lagi    di dalam soal UN berisi muatan – muatan politis yang sangat tidak mendidik siswa. Mau di bawa kemana arah pendidikan ini, mau kita arahkan ke mana para anak – anak negeri penerus bangsa ini.
Pendidikan yang seharusnya mampu mencetak anak – anak negeri mempunyai karakter budi pekerti , soleh dan cerdas, ternyata sudah ternodai oleh pelaku pendidikan dan institusi pendidikan bahkan orang – orang di luar institusi pendidikan pun turut menodainya.
Solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Rendahnya kualitas guru, misalnya, di samping diberi solusi peningkatan kesejahteraan, juga diberi solusi dengan membiayai guru melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memberikan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas guru. Rendahnya prestasi siswa, misalnya, diberi solusi dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas materi pelajaran, meningkatkan alat-alat peraga dan sarana-sarana pendidikan, dan sebagainya.
Maka dengan adanya solusi-solusi tersebut diharapkan pendidikan di Indonesia dapat bangkit dari keterpurukannya, sehingga dapat menciptakan generasi-generasi baru yang berSDM tinggi, berkepribadian pancasila dan bermartabat.
Mari kita sama – sama perbaiki pendidikan anak – anak bangsa dengan warna TAULADAN, SEMANGAT dan DORONGAN KEKUATAN dalam menciptakan generasi yang berkarakter, soleh, memiliki budi pekerti dan cerdas dengan melakukan reformasi di semua lini pendidikan. Mulai dari keluarga, sekolah dan dinas pendidikan. Hidup Guru…Hidup Anak Bangsa..Hidup Instansi Pendidikan. Selamat Hari Pendidikan 2 Mei 2014. Semoga pendidikan di negeri ini mampu mencetak generasi – generasi yang baik untuk masa depan. PKS Cinta Guru.

Tags :

SIT GAMEEL AKHLAQ

GAMEEL AKHLAQ ISLAMIC SCHOOL

  • " Cerdas " ( Selalu berprestasi )
  • " Berkarakter " ( Akhlaq yang baik )
  • " Qur'ani " (Cinta Qur'an )

  • : SIT Gameel Akhlaq
  • : Juli 2011
  • : Rawalumbu-Kota Bekasi
  • : [email protected]
  • : +6285817664135