Yayasan Vs Sekolah
Maraknya keberadaan sekolah swasta saat ini tak lepas dari dukungan pemerintah yang mulai menghilangkan dikotomi antara sekolah negeri dan swasta. Berbagai macam bantuan baik pembangunan gedung, operasional dan sertifikasi untuk guru juga banyak dirasakan oleh sekolah swasta. Hal ini memberikan kepercayaan diri yang tinggi bagi sekolah swasta untuk berkembang karena perkembangannya tidak lagi dilakukan sendiri.
Terlepas dari daya dukung eksternal, faktor internal sekolah tak kalah penting demi keberhasilan sekolah itu sendiri. Keberadaan sekolah yang berada di bawah naungan yayasan atau institusi umumnya mengalami kendala persoalan yang tidak ringan.
Saya pernah diminta untuk berkunjung ke sebuah sekolah swasta di wilayah Jakarta Timur yang tutup karena konflik internal antara pengurus yayasan dengan kepala sekolah. Kondisi ini tentu sangat ironis, ketika perhatian pemerintah terhadap lembaga pendidikan swasta mulai membaik ternyata di pihak internal lembaga terjadi konflik yang membawa kehancuran bagi sekolah.
Sesungguhnya persoalan yang terjadi di atas lebih banyak mengarah kepada masalah pengelolaan atau manajerial. Yaitu ketidaksinkronan antara keinginan yayasan dan pelaksana sekolah.
Banyak hal yang menjadi penyebab, diantaranya adalah:
Visi yang tidak jelas. Yayasan harus memiliki visi, misi serta tujuan institusional yang semuanya harus terkomunikasikan dengan baik pada level kepala sekolah, guru, karyawan, orang tua, siswa bahkan masyarakat sekalipun. Bila visi ini tersampaikan
dengan baik dan dipahami dengan benar, maka tidak akan terjadi persoalan yang tidak diharapkan.
dengan baik dan dipahami dengan benar, maka tidak akan terjadi persoalan yang tidak diharapkan.
Seringkali kita temui lembaga yang tidak mempunyai visi, sehingga perjalanan alur pendidikan sekolahnya hanya mengikuti trend yang sedang digandrungi masyarakat. Kebijakan seringkali berubah-ubah, kurang memahami skala proritas pencapaian karena minimnya perencanaan. Apa yang diinginkan yayasan tidak sejalan dengan apa yang diharapkan oleh para pelaksana sekolah.
Kondisi ini bila berlarut-larut bukan saja menghilangkan ciri khas atau identitas lembaga namun juga menimbulkan kesulitan untuk pelaksana sekolah (kepala sekolah dan para guru) sebagai ujung tombak di lapangan sehingga menurunnya kinerja sekolah.
Lemahnya koordinasi. Perbedaan wilayah kerja antara pengurus yayasan dan pelaksana sekolah seringkali menjadi penyebab lemahnya koordinasi dan komunikasi. Pengurus yayasan seringkali memberikan tugas kerja kepada pelaksana sekolah namun tidak disertai dengan monitoring.
Seyogyanya keduanya memahami bahwa untuk mencapai tujuan lembaga tidak bisa masing-masing bekerja sendiri-sendiri. Apa yang diputuskan oleh yayasan akan berdampak bagi pelaksanaan sekolah, begitupun sebaliknya berkualitas tidaknya proses pedidikan yang dilakukan pelaksana sekolah akan berdampak pula bagi yayasan. Inilah yang disebut dengan berpikir sistem.
Bila ingin maju baik yayasan maupun pelaksana sekolah harus berpikir sistem. Oleh sebab itu koordinasi dan komunikasi antara pengurus yayasan dengan pelaksana sekolah menjadi sangat penting untuk menghindari lembaga dari disorientasi pencapaian tujuan institusional (kelembagaan).
Bila ingin maju baik yayasan maupun pelaksana sekolah harus berpikir sistem. Oleh sebab itu koordinasi dan komunikasi antara pengurus yayasan dengan pelaksana sekolah menjadi sangat penting untuk menghindari lembaga dari disorientasi pencapaian tujuan institusional (kelembagaan).
Adanya dikotomi antara yayasan dan pelaksana sekolah. Organisasi yang baik adalah organisasi yang pandai mengelola sumber daya manusia yang dimilikinya, sehingga memiliki komitmen yang tinggi pada organisasi. Adanya dikotomi antara yayasan dan pelaksana sekolah seringkali menjadi penyebab keretakan hubungan antara keduanya.
Perlu dipahami bersama bahwa kesuksesan sekolah menjalankan roda pendidikan hingga meraih kepercayaan masyarakat bukan hanya keberhasilan sekolah saja, bukan pula keberhasilan yayasan saja. Namun keberhasilan kerja sama dari pembagian peran yang berbeda antara yayasan dan pelaksana sekolah yang bersinergi mencapai tujuan institusional.
Yayasan berada di wilayah strategis yang memikirkan kemajuan sekolah baik secara kualitas maupun kuantitasnya, sementara sekolah berada di wilayah pelaksana yaitu menjalankan kegiatan pendidikan secara efektif dan efisien.
Akhirnya dapat dipahami bahwa perjalanan memajukan sebuah lembaga pendidikan harus didukung oleh sinergitas yang kuat oleh yayasan dan sekolah itu sendiri.
Tags : Berita Sekolah
SIT GAMEEL AKHLAQ
GAMEEL AKHLAQ ISLAMIC SCHOOL
- " Cerdas " ( Selalu berprestasi )
- " Berkarakter " ( Akhlaq yang baik )
- " Qur'ani " (Cinta Qur'an )
- : SIT Gameel Akhlaq
- : Juli 2011
- : Rawalumbu-Kota Bekasi
- : [email protected]
- : +6285817664135