Minggu, 20 September 2015

Kasih Sayang Atau Keegoisan Orang Tua?

Anak adalah anugerah, sebagai titipan Illahi yang harus orang tua jaga.
Dia berhak mendapatkan pendidikan terbaik dan layak, yang menuntun ia menjadi anak yang berakhlaq mulia, cerdas dunia dan juga akhirat.
Kebahagiannya dalam mempelajari sesuatu hal yang positive, yang tentunya di lingkungan yang positive, sesungguhnya merupakan hadiah yang terindah yang ia dapatkan dari orang tuanya.
Bayangkan saja, jika seorang anak remaja yang merasa nyaman berada di lingkungan sekolahnya, merasa nyaman membuka tangannya untuk menolong orang lain dan menjadi pribadi yang memaksimalkan potensi diri, lalu ia menjaga sopan santunnya, itu tetap dilestarikan dan juga didukung, maka tak akan ada lagi media yang meliput sebuah laporan terkait remaja yang miris di dengar. Tak ada lagi berita tentang kasus tawuran remaja dan bahkan hal yang lebih miris. Karena apa? Karena semua anak bahagia belajar lalu memaksimalkan dirinya.
Indah bukan, jika remaja kita mendapatkan kebahagian untuk memaksimalkan potenai diri di lingkungan positive bersama orang-orang yang ia cintai?
Namun sayangnya, terkadang keegoisan orang tua terlalu mendominasi. Banyak ekspektasi yang sebenarnya ingin dicapai BUKAN oleh anaknya yang menuntut ilmi, namun ekspektasi yang orang tua ciptakan oleh dirinya sendiri dan kemudian di taruh pada pundak anaknya.
Keegoisan orang tua terkadang beralaskan karena rasa cintanya. Tanpa sadar, ternyata ekspektasi yang ia bangun telah membuat kesedihan mendalam bagi anaknya.
Anaknya merasa tertekan untuk mempelajari semua hal positive karena di pundaknya tertanam beban yang berat, yang mungkin saja ia tak pernah menginginkannya. Sehingga hasilnya, anak tersebut banyak sekali membuat ulah. Tidak fokus memaksimalkan potensi dirinya, bersekolah hanya untuk mendapatkan uang jajan lalu abai akan semua pelajaran.
Saya sedih sekali melihat fenomena hal ini.
Saat ini saya berperan sebagai Guru Kesiswaan di sekolah tempat saya mengabdikan diri. Kejadian termiris bagi diri saya yang saya temui adalah saat orang tua menarik anaknya untuk pindah sekolah, tanpa berpamitan dan dengan persepsi yang salah. Ekspektasi yang ia tanam cukup besar namun ia lupa mengajarkan "APLOGIZE" pada anaknya saat anaknya berbuat salah. Iapun lupa bahwa memberikan kebebasan kepada anaknya untuk memaksimalkan diri di lingkungan yang ANAKNYA cintai adalah kebahagian terindah bagi anaknya. Saya hanya bisa berdo'a, agar hal ini tidak banyak terjadi, dan anak tersebut bisa mengikuti pelajaran dengan baik. Khusunya pelajaran kehidupan.
Mari kita sama-sama belajar aktif bagaimana seharusnya sikap yang arif yang kita berikan dalam mendidik anak kita, anak-anak bangsa Indonesia, generasi muda penerus bangsa.
Salam hangat dari saya pada malam minggu ini.
-Carryla Dery Norita

Tags :

SIT GAMEEL AKHLAQ

GAMEEL AKHLAQ ISLAMIC SCHOOL

  • " Cerdas " ( Selalu berprestasi )
  • " Berkarakter " ( Akhlaq yang baik )
  • " Qur'ani " (Cinta Qur'an )

  • : SIT Gameel Akhlaq
  • : Juli 2011
  • : Rawalumbu-Kota Bekasi
  • : [email protected]
  • : +6285817664135