Saya bersyukur sekali bisa terjun dan menyelami dunia pendidikan.
Awalnya, setelah menyelesaikan study dan dalam masa penantian wisuda.
Saya coba aplly pekerjaan di dunia yang bukan bidang saya, dunia yang
sebelumnya tidak pernah saya pelajari apalagi saya hafalkan selama
mengenyam pendidikan di kampus dulu.
Saat kuliah, saya mengambil
jurusan pendidikan bahasa inggris. Saat itu, yang terlintas di benak
saya hanyalah "how to earn much money" lalu saya memutuskan apply semua
pekerjaan dalam masa penantian hari wisuda.
Singkatnya, saya
diterima di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran
obat-obatan. Sebagai pegawai perusahaan tersebut, saya merasa bahagia
dengan nominal yang didapat setiap bulannya. Tapi tidak dengan hati dan
pikiran saya. Saat itu, pikiran saya serasa terpenjara dan hati saya
selalu gelisah. Ibadah shalat yang mulai ketinggalan dan hampir
menyengaja ditinggalkan, karena pengaruh lingkungan. Belum lagi, saya
adalah new learner bukan sebagai sosok yang mengaplikasikan ilmu yang
didapat di dunia nyata. Saya merasa kepayahan, karena saya harus
menghafal nama-nama ilmiah yang sebelumnya belum pernah saya pelajari.
Saya merasa terbebani, karena pikiran saya dan otak saya serasa mati
rasa-tidak berkembang tepatnya. Alasanya, karena apa yang saya pelajari
dulu tidak sama.
Akhirnya, saya memutuskan resign dari perusahaan
tersebut dan memilih pekerjaan lain yang sesuai bidang saya, passion
dan cita-cita saya. Sebagai tenaga pendidik di sebuah institusi
bernamakan sekolah swasta. Awalnya, saya merasa ragu karena nominal yang
saya terima berbanding jauh terbalik dengan sebelumnya. Namun ibu saya
menguatkan dan meyakinkan saya untuk ikhlas menjalani pekerjaan
tersebut. Dengan modal restu ibu, dan wajah bahagia serta senyum beliau,
setelah beberapa hari saja saya nganggur dan resmi mendapat gelar
sarjana pendidikan, saya berangkat ke kota tujuan. Kota dimana saya
tinggal seorang diri, tanpa sanak saudara tempat disinggahi ataupun
kerabat dekat untuk diajak berbicara. Di kota tesebut, saya betul-betul
warga baru yang asing dengan lingkungan dan semua hal tentang kota
tersebut. Saya hanya tahu jalan ke sekolah dan ke kosan. Itu saja tidak
lebih.
Teringat, hari pertama menjajakkan kaki di kota tersebut,
teman di tempat kerja bernama Miss Fitri berbaik hati menjemput saya di
terminal yang tentunya tidak saya tahu juga. Beliau berbaik hati
menjemput dan mengantarkan saya ke kosan, dimana tempat saya tinggal
sampai detik ini. Nekat memang, dan sedikit menggerutu melakukan
semuanya, karena hal tersebut saya lakukan murni karena ridho mamah.
Tidak lebih.
Masih jelas tergambar, bagaimana saya kebingungan
di hari pertama berangkat kerja. Tidak tahu harus naik angkot apa dan
jalan kaki jauh sekali. Lagi-lagi karena modal ridho-senyum-bahagia
mamah (saja) karenanya anak senakal saya mau melakukannya. Aslinya,
dikampus dulu, saya selalu kuliah dengan akses yang sangat mudah dan
nyaman. Rasanya ogah bener dah jalan kaki jarak jauh gembol-gembol
ransel. Tapi tidak hari itu, hari pertama saya kerja.
Pekan
pertama saya lalui dengan masa perkenalan diri dan penyesuaian diri
terhadap lingkungan. Di pekan-pekan ini sosok sok jagoan dan kadang sok
pintar ini, sudah banyak menganalisa keadaan dan birokrasi yayasannya
serta semua stake holdernya. (Sok pinter bener kan? Hehehe. Jangan
dibilangin yah). Menggerutu sendiri dan rasanya segera ingin resign
lagi. Lalu kenapa tidak resign dan bertahan sampai sekarang? Saat itu
jawabannya simple aja, "karena mamah berpesan, sabar-ikhlas yah dhe.
Jangan pindah-pindah kerja melulu" (Padahal baru satu kali pindah kerja,
hehe). That's it.
Berjalan hampir 6 bulan hingga saat ini, saya
malah bersyukur sama Allah. Dan berterimakasih sama mamah. Disini saya
benar-benar belajar mandiri. Mulai dari mengatur waktu
bangun-makan-mencuci-menyetrika-masak nasi-mencari teman nasi-menghemat
uang-dan banyak hal. Tak hanya itu, saya merasa senang dan bahagia lahir
bathin. Ini bukan karena nominal tiap bulannya. Karena di sini, saya
belajar banyak hal. Tentunya banyak hal tentang pendidikan.
Baru
rasanya kemarin ini di amanahkan oleh Allah melalui direktur pendidikan
sekolah tersebut untuk belajar menjadi wali kelas. Wali kelas di sekolah
swasta beda banget loh dengan sekolah negeri. Kami betul-betul harus
tahu details tentang keadaan-karakter-akhlaq-serta kelemahan dan
kelebihan murid-murid di kelas yang kami pegang. Lalu, rajin mengirimi
pesan singkat kepada orang tua mereka terkait kegiatan-kegiatan sekolah.
Bahkan, jika ada nilai murid si A dibawah standar dan dia tidak
mengerjakan PR maka kami harus segera menelepon orang tuanya. Tentang
seragam, rambut, jilbab, dan sikap anakpun perlu dilaporkan. Berbeda dan
tentunya saya semakin banyak belajar.
Itu rasanya baru kemarin, lalu sekarang?
Alhamdulillah Allah mengamanahkan saya melalui tangan direktur
pendidikan untuk belajar menjadi Pembantu Kepsek bidang kesiswaan. Tau
kan guru kesiswaan itu gimana? Bayangin aja deh guru kesiswaan
temen-temen dulu di SMP-SMA.hehehe.
Serempak mau jawab "K-I-L-L-E-R" kan?? frown emotikon
Saya juga pasti jawabannya itu kalau ditanya. Tapi pemuda-pemudi, tahu gak kenapa kesiswaan kadang galak?
Itu tersebab beban pemikirannya kompleks banget. Kesiswaan memikirkan
program kerja dan menyusun rencana kegiatan semua yang berkaitan dengan
siswa, lalu kerjanya paling banyak. Karena berkesinambungan hingga
perpisahan nanti. Dari mulai PraMos-MOS-LDKS-Ektrakulikuler-UPACARA
SENIN-Apel Pagi-tata tertib-pelanggaran pasal-menjadi konselor juga
kadang, hehehe. Jika kesiswaan berfikir bahwa semua amanah itu perlu
pertanggungjawaban tak hanya di dunia, maka beban otaknya berat. Dan
akhirnya jadi galak sama murid-murid yang melanggar aturan. Sapa hayo
murid saya yang masih males potong rambut? Males potong kuku? Hayo siapa
yang sudah diingatkan berkali-kali tapi masih belum berubah? Wajar gak
kalau miss/ibu guru nya marah?hehehe(Sok membela diri, hihihi).
Belum lagi ya gaeys, saya ini single-dan kompleks juga beban hidupnya.
Anak tunggal loh saya, jadi tanggung jawab pengabdiannya berat. Nah diri
saya aja banyak masalah pribadi, dikasih amanah yang tugasnya
nyelesaiin anak bermasalah, wajarkah jika saya marah? Hehehe
Tapi
dari semua rangkaian diatas, saya senang dan akan terus terjun di dunia
pendidikan apapun alasannya. Lalu, jika kalian bertanya, "kenapa anda
tetap bertahan di sekolah tersebut?"
Kali ini jawabannya adalah,
SAYA MENCINTAI MURID-MURID SAYA FROM THE DEEPEST, TO THE MOON AND BACK,
SAYA INGIN MELIHAT MEREKA HINGGA LULUS" itu saja. smile emotikon
Selamat malam-Happy Independence day Indonesia.
Semoga generasi muda terus berinovasi, krwatif, mandiri dan jujur.
Bekasi, 16-08-2015
-Carryla Dery Norita
