Minggu, 20 September 2015

Menemukan Passion Diri Dalam Pekerjaan

Saya bersyukur sekali bisa terjun dan menyelami dunia pendidikan.
Awalnya, setelah menyelesaikan study dan dalam masa penantian wisuda. Saya coba aplly pekerjaan di dunia yang bukan bidang saya, dunia yang sebelumnya tidak pernah saya pelajari apalagi saya hafalkan selama mengenyam pendidikan di kampus dulu.
Saat kuliah, saya mengambil jurusan pendidikan bahasa inggris. Saat itu, yang terlintas di benak saya hanyalah "how to earn much money" lalu saya memutuskan apply semua pekerjaan dalam masa penantian hari wisuda.
Singkatnya, saya diterima di sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pemasaran obat-obatan. Sebagai pegawai perusahaan tersebut, saya merasa bahagia dengan nominal yang didapat setiap bulannya. Tapi tidak dengan hati dan pikiran saya. Saat itu, pikiran saya serasa terpenjara dan hati saya selalu gelisah. Ibadah shalat yang mulai ketinggalan dan hampir menyengaja ditinggalkan, karena pengaruh lingkungan. Belum lagi, saya adalah new learner bukan sebagai sosok yang mengaplikasikan ilmu yang didapat di dunia nyata. Saya merasa kepayahan, karena saya harus menghafal nama-nama ilmiah yang sebelumnya belum pernah saya pelajari. Saya merasa terbebani, karena pikiran saya dan otak saya serasa mati rasa-tidak berkembang tepatnya. Alasanya, karena apa yang saya pelajari dulu tidak sama.
Akhirnya, saya memutuskan resign dari perusahaan tersebut dan memilih pekerjaan lain yang sesuai bidang saya, passion dan cita-cita saya. Sebagai tenaga pendidik di sebuah institusi bernamakan sekolah swasta. Awalnya, saya merasa ragu karena nominal yang saya terima berbanding jauh terbalik dengan sebelumnya. Namun ibu saya menguatkan dan meyakinkan saya untuk ikhlas menjalani pekerjaan tersebut. Dengan modal restu ibu, dan wajah bahagia serta senyum beliau, setelah beberapa hari saja saya nganggur dan resmi mendapat gelar sarjana pendidikan, saya berangkat ke kota tujuan. Kota dimana saya tinggal seorang diri, tanpa sanak saudara tempat disinggahi ataupun kerabat dekat untuk diajak berbicara. Di kota tesebut, saya betul-betul warga baru yang asing dengan lingkungan dan semua hal tentang kota tersebut. Saya hanya tahu jalan ke sekolah dan ke kosan. Itu saja tidak lebih.
Teringat, hari pertama menjajakkan kaki di kota tersebut, teman di tempat kerja bernama Miss Fitri berbaik hati menjemput saya di terminal yang tentunya tidak saya tahu juga. Beliau berbaik hati menjemput dan mengantarkan saya ke kosan, dimana tempat saya tinggal sampai detik ini. Nekat memang, dan sedikit menggerutu melakukan semuanya, karena hal tersebut saya lakukan murni karena ridho mamah. Tidak lebih.
Masih jelas tergambar, bagaimana saya kebingungan di hari pertama berangkat kerja. Tidak tahu harus naik angkot apa dan jalan kaki jauh sekali. Lagi-lagi karena modal ridho-senyum-bahagia mamah (saja) karenanya anak senakal saya mau melakukannya. Aslinya, dikampus dulu, saya selalu kuliah dengan akses yang sangat mudah dan nyaman. Rasanya ogah bener dah jalan kaki jarak jauh gembol-gembol ransel. Tapi tidak hari itu, hari pertama saya kerja.
Pekan pertama saya lalui dengan masa perkenalan diri dan penyesuaian diri terhadap lingkungan. Di pekan-pekan ini sosok sok jagoan dan kadang sok pintar ini, sudah banyak menganalisa keadaan dan birokrasi yayasannya serta semua stake holdernya. (Sok pinter bener kan? Hehehe. Jangan dibilangin yah). Menggerutu sendiri dan rasanya segera ingin resign lagi. Lalu kenapa tidak resign dan bertahan sampai sekarang? Saat itu jawabannya simple aja, "karena mamah berpesan, sabar-ikhlas yah dhe. Jangan pindah-pindah kerja melulu" (Padahal baru satu kali pindah kerja, hehe). That's it.
Berjalan hampir 6 bulan hingga saat ini, saya malah bersyukur sama Allah. Dan berterimakasih sama mamah. Disini saya benar-benar belajar mandiri. Mulai dari mengatur waktu bangun-makan-mencuci-menyetrika-masak nasi-mencari teman nasi-menghemat uang-dan banyak hal. Tak hanya itu, saya merasa senang dan bahagia lahir bathin. Ini bukan karena nominal tiap bulannya. Karena di sini, saya belajar banyak hal. Tentunya banyak hal tentang pendidikan.
Baru rasanya kemarin ini di amanahkan oleh Allah melalui direktur pendidikan sekolah tersebut untuk belajar menjadi wali kelas. Wali kelas di sekolah swasta beda banget loh dengan sekolah negeri. Kami betul-betul harus tahu details tentang keadaan-karakter-akhlaq-serta kelemahan dan kelebihan murid-murid di kelas yang kami pegang. Lalu, rajin mengirimi pesan singkat kepada orang tua mereka terkait kegiatan-kegiatan sekolah. Bahkan, jika ada nilai murid si A dibawah standar dan dia tidak mengerjakan PR maka kami harus segera menelepon orang tuanya. Tentang seragam, rambut, jilbab, dan sikap anakpun perlu dilaporkan. Berbeda dan tentunya saya semakin banyak belajar.
Itu rasanya baru kemarin, lalu sekarang?
Alhamdulillah Allah mengamanahkan saya melalui tangan direktur pendidikan untuk belajar menjadi Pembantu Kepsek bidang kesiswaan. Tau kan guru kesiswaan itu gimana? Bayangin aja deh guru kesiswaan temen-temen dulu di SMP-SMA.hehehe.
Serempak mau jawab "K-I-L-L-E-R" kan?? frown emotikon
Saya juga pasti jawabannya itu kalau ditanya. Tapi pemuda-pemudi, tahu gak kenapa kesiswaan kadang galak?
Itu tersebab beban pemikirannya kompleks banget. Kesiswaan memikirkan program kerja dan menyusun rencana kegiatan semua yang berkaitan dengan siswa, lalu kerjanya paling banyak. Karena berkesinambungan hingga perpisahan nanti. Dari mulai PraMos-MOS-LDKS-Ektrakulikuler-UPACARA SENIN-Apel Pagi-tata tertib-pelanggaran pasal-menjadi konselor juga kadang, hehehe. Jika kesiswaan berfikir bahwa semua amanah itu perlu pertanggungjawaban tak hanya di dunia, maka beban otaknya berat. Dan akhirnya jadi galak sama murid-murid yang melanggar aturan. Sapa hayo murid saya yang masih males potong rambut? Males potong kuku? Hayo siapa yang sudah diingatkan berkali-kali tapi masih belum berubah? Wajar gak kalau miss/ibu guru nya marah?hehehe(Sok membela diri, hihihi).
Belum lagi ya gaeys, saya ini single-dan kompleks juga beban hidupnya. Anak tunggal loh saya, jadi tanggung jawab pengabdiannya berat. Nah diri saya aja banyak masalah pribadi, dikasih amanah yang tugasnya nyelesaiin anak bermasalah, wajarkah jika saya marah? Hehehe
Tapi dari semua rangkaian diatas, saya senang dan akan terus terjun di dunia pendidikan apapun alasannya. Lalu, jika kalian bertanya, "kenapa anda tetap bertahan di sekolah tersebut?"
Kali ini jawabannya adalah, SAYA MENCINTAI MURID-MURID SAYA FROM THE DEEPEST, TO THE MOON AND BACK, SAYA INGIN MELIHAT MEREKA HINGGA LULUS" itu saja. smile emotikon
Selamat malam-Happy Independence day Indonesia.
Semoga generasi muda terus berinovasi, krwatif, mandiri dan jujur.
Bekasi, 16-08-2015
-Carryla Dery Norita

Tags :

SIT GAMEEL AKHLAQ

GAMEEL AKHLAQ ISLAMIC SCHOOL

  • " Cerdas " ( Selalu berprestasi )
  • " Berkarakter " ( Akhlaq yang baik )
  • " Qur'ani " (Cinta Qur'an )

  • : SIT Gameel Akhlaq
  • : Juli 2011
  • : Rawalumbu-Kota Bekasi
  • : [email protected]
  • : +6285817664135